Jalanjalan Lelaki Ini Kongsi Pengalaman Melancong Ke 4 Buah Negeri Di India Dengan Kereta Api Lelaki warga Indonesia ini mengambil masa 11 hari untuk mengembara ke empat buah negeri iaitu Delhi, Udaipur, Agra dan Jaipur.
Meskidi website tertulis prosesnya 2Ă—24 jam hari kerja. Alangkah baiknya mengajukan dua minggu atau sebulan sebelumnya. Pengalaman pribadi pernah lima hari sebelum berangkat, dan sebulan sebelum berangkat. Seorang kawanku malah parah, sudah seminggu apply belum juga approve. Dan besoknya dia harus berangkat ke India.
Sayaudah gak sabar buat mensucikan diri dari daki dan keringat yang didapat di 'kereta India yang sesungguhnya' tersebut. Saya sampai sabunan dan keramas berkali-kali. Setelah selesai, rasanya seperti terlahir kembali. Sore harinya kami jalan-jalan sebentar di sekitar penginapan dan menemukan banyak jajanan.
KotaPraha terbagi menjadi 10 distrik dengan pusat kota berada di Prague 1. Prague 1 adalah tempat tujuan turis. Kawasan kota tua, Prague Castle, Charles Bridge dan semua tempat yang biasa dikunjungi turis berada di kawasan ini. Anda tidak akan terlalu jauh dari semua tempat wisata di kota tua dan anda hanya perlu berjalan kaki.
Selamajalan-jalan ke India pada tengah Februari lalu, saya kerap menerima pesan dari beberapa teman yang rata-rata menanyakan hal serupa tentang rumor jalan-jalan ke India. Contohnya ialah 3 pertanyaan di atas, yang sungguhan masuk dalam inbox setelah saya membagikan beberapa aktivitas lewat IG Story. Jujur aja, sebelum berangkat ke India, saya
Les Sites De Rencontre Belge Gratuit.
Apakah kamu pencinta film Bollywood? Siapa yang ngefans dengan artis-artis seperti Aishwarya Rai dan Priyanka Chopra? Kira-kira gimana, sih, rasanya makanan asli India? Sebenarnya negara India nggak pernah masuk dalam wishlist jalan-jalan luar negeri saya. Tapi, kalau dapat kesempatan gratis, masa mau ditolak? Tahun 2019, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti kursus internasional di Kota Hyderabad dari Kedubes India. Meski cuma sebentar, pengalaman datang dan tinggal di India bikin fantasi akan film Bollywood pengalaman tersebut, saya tergelitik untuk menuliskan beberapa hal yang perlu kamu antisipasi jika hendak jalan-jalan ke India. Ingat, lebih baik sedia payung sebelum hujan, kan, ketimbang sudah berada di sana, eh nggak ada persiapan.1 Cuaca yang terikJika kulitmu termasuk sensitif dan nggak tahan terik matahari, siapkan lotion dengan SPF tinggi dan payung. Serius, deh, panas di India itu beda banget sama Indonesia. Bahkan saya pribadi yang sudah pernah umrah berani bilang kalau di Arab saja nggak seterik India. Jadi, kalau hobimu gowes dan jogging tipis-tipis, jangan lakukan di siang bolong di sana, ya.2 Macet dan klaksonEntah kenapa di India semua orang suka mengklakson. Kalau kamu sering kejebak macet dan stres akan transportasi di Jakarta, hei, itu belum seberapa, Kawan. Di India, telinga kita harus kebal dengan serbuan klakson pengendara dan sikap “ramah” mereka di jalan. Jangan kaget bila di jalan bebas hambatan saja kita bisa melihat pengendara sepeda motor berboncengan 3 orang tanpa mengenakan helm. Seru, kan? 3 Sulit beli nomor seluler bagi pendatangKalau suatu hari nanti kamu berkesempatan jalan-jalan ke India, saran saya, beli paket data dengan periode sama dengan waktumu tinggal di India. Serius, bagi pendatang atau turis untuk mendapat nomor HP lokal itu susah banget, bahkan hampir mustahil. Setidaknya itu yang saya alami tahun 2019. Sebagai pelajar yang diundang secara resmi dan mendapat rekomendasi dari rektor—iyaaa, rektor tempat saya kursus—saya kesulitan dapat nomor lokal. Ada saja alasannya, mulai dari alasan keamanan dan hal-hal lain yang sulit kita penuhi.4 Obat sakit perut Bagi kamu yang punya perut sensitif terhadap makanan, jangan sekali-kali beli makan di kios pinggir jalan India. Kebetulan saya pernah makan makanan semacam kari yang dijual di pinggir jalan dengan beberapa teman internasional dari Kolombia dan Peru. Eh, teman saya dua-duanya masuk IGD gara-gara makan makanan tersebut. Sementara saya, sebagai penggemar makanan warteg dan nasi padang pinggir jalan, alhamdulillah baik-baik saja. Setelah diperiksa, ternyata kedua teman saya ini terinfeksi bakteri akibat makan kari tersebut. Memang perut orang Asia nggak bisa dikalahkan, ya. Hehehe.5 Perhatikan jenis transportasi publik yang kamu pakaiPada akhir pekan, saya dan teman-teman mendapat kesempatan pergi ke New Delhi dan Agra Taj Mahal dengan menyewa mobil rental. Tadinya kami berencana naik moda angkutan publik lain. Namun, hal tersebut sangat nggak dianjurkan oleh Profesor kami di sana. Jadwal kereta api sangat nggak bisa diandalkan termasuk kenyamanannya, jadi memang paling efisien adalah sewa hanya 1 bulan tinggal di India dan lebih banyak menghabiskan waktu di lingkungan kampus, ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari orang India. Di sana, perempuan India mendapat peranan besar dalam berbagai bidang pekerjaan. Nggak heran mulai dari pekerjaan kasar hingga jadi profesor banyak dilakoni oleh para perempuan di sana. Pendanaan program pemerintah juga mengharuskan keterlibatan perempuan dalam organisasinya. Suara perempuan benar-benar didengar dan dihargai. Keramahan orang India juga mirip dengan orang Indonesia, bahkan lebih berkat ekspresi mereka menggoyang-goyangkan kepala. Saya sampai sulit membedakan apakah orang India setuju atau nggak dengan pendapat kita lantaran mereka selalu menggoyangkan kepala ketika bicara. Sampai-sampai saya ikutan goyang kepala waktu ngobrol dengan memang negara yang unik dan penuh dengan kenangan yang sulit dilupakan bagi saya. Satu yang pasti, selama berada di sana, saya nggak pernah tuh ketemu dengan artis Bollywood yang saya sampaikan di awal tadi. Gambar Dokumentasi pribadi penulisTerminal Mojok merupakan platform User Generated Content UGC untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini diperbarui pada 20 September 2021 oleh Intan Ekapratiwi
The phrase "the journey is the destination" was made for India. When crossing the subcontinent, every step of every journey is filled with sights, sounds and sensations that will consume your senses and shake up everything you thought you knew about travel. Traveling by road might seem a particularly ambitious proposition. Driving on highways that throng with handcarts, cattle, camels, monkeys and people requires nerves of steel and the patience of a Buddhist master. But a road trip in India is perfectly possible if you pick your routes – and your vehicle – wisely. The first thing to know is that you don’t need to drive yourself. Hiring a car with a driver is easy, and in the foothills of the Himalayas, you can hire "jeeps" with drivers who are quite happy to power over mountain passes on tracks only marginally wider than their vehicles. With the hassles of navigating India’s hectic roads, many travelers opt to explore India by motorcycle or bicycle – a self-drive experience that will immerse you deep in the rural communities that a lot of visitors pass by. So grab your sense of adventure and get ready to hit the road with this guide to the best road trips in India. Discover the world's most intriguing experiences with our weekly newsletter delivered straight to your inbox. 1. India’s Golden Triangle Best for Mughal monumentsDelhi–Delhi; 1120km 690 miles; allow 5 days Short and sweet, the loop from Delhi to Agra and Jaipur packs a lot of wonders into a few days of driving. Begin the adventure in Delhi, where the ruins of eight cities tell the story of India’s greatest Islamic empires. Hit the city's highlights, including Red Fort, Humayun’s Tomb, the Jama Masjid and the bazaars of Chandni Chowk, which have changed only superficially since Shah Jahan’s time. With your own vehicle, it’s easy to swing by the sacred cities of Mathura and Vrindavan, where Krishna frolicked with milkmaids in the Hindu epics. After these peaceful stops, steel yourself for a mix of the stressful and sublime in Agra, where the glorious Taj Mahal more than lives up to its reputation, as compensation for the hassles and scams. Find more Mughal magnificence at nearby Fatehpur Sikri, the abandoned city founded by Akbar. Once you follow NH21 to Jaipur, you’ll share every fort, palace and mystical observatory with a crowd, so make the most of your experience with a detour. Detour Before zooming west from Fatehpur Sikri to Jaipur, consider a detour south to Gwalior, whose beautiful fort is less mobbed than other stops on this circuit. Before you complete the third side of the triangle, tack on one more detour to spot tigers stalking ruined battlements in Ranthambhore National Park before diving back into the urban chaos. Head to Ladakh for a high-altitude road trip in the Himalayas © Sudip Bhar / Shutterstock 2. Manali to Ladakh across the Himalaya Best for Buddhist serenity Manali–Srinagar; 800km 500 miles; allow 10 days You could follow the mountain circuit from Shimla to Ladakh and on to Kashmir by rented "jeep," but we strongly recommend traveling by rented Enfield Bullet motorcycle for the life-affirming drama of pulling over by the roadside to find yourself utterly alone in these high-altitude deserts in the rain shadow of the Himalayas. From the nostalgic hill station of Shimla, with its front-row mountain views, head north to the hippy hill resort of Manali. From here, it’s a two-day slog over the 3978m 13,051ft Rohtang La to Leh, through a landscape plucked straight from the Silk Road. There’s little vegetation and even less shade, and the cold and altitude will hit you like a sledgehammer. Recuperate with trips to Buddhist monasteries and yoga classes in Leh, then hit the road again for a very different take on the Himalayas in Kashmir. The highway west to Srinagar connects a string of ancient Buddhist gompas temples, but as the hills turn from dust-yellow to lush green, the culture shifts from Buddhism to Islam as the minarets of Srinagar loom into view. The Kashmir valley is sometimes troubled, but when it’s calm, the experience of watching Dal Lake appearing slowly through the morning mist from the deck of a houseboat is simply sublime. 3. Rajasthan’s Color Cities Best for desert colorsJaipur–Jaipur; 1630km 1015 miles; allow 10 days Desert driving in Rajasthan is an experience. Mighty fortresses loom dramatically out of the landscape, and you’ll share the dusty highways with camel carts and Rajput old-timers with vividly colored turbans and enormous mustaches. Kick-off in Jaipur – the pink city – touring pink-sandstone palaces, bustling bazaars and the awe-inspiring fortress at Amber. Follow NH48 to the Jain and Muslim pilgrimage center of Ajmer, and duck west to reach famous Pushkar, with its temple-circled lake and legendary camel fair in October or November. Return to NH48 for the rumbling ride to Udaipur, the white city – coiled like a silk scarf around the still waters of Lake Pichola. Dose up on ice-white palaces, then deviate west to the temple-strewn hill station of Mt Abu and veer north. As you enter Jodhpur, you’ll immediately spot the lapis-colored buildings that earned the Blue City its name – the homes of brahmins, priests in the Hindu caste system. Get another blast of Rajput military might at Mehrangarh Fort, then drive west through serious desert country to the sand-yellow city of Jaisalmer, whose fortified walls look almost carved from the desert itself. Close off the loop via Bikaner, where you’ll leave the tourist crowds behind before diving back into the thick of things in Jaipur. Expect the unexpected when road-tripping in India © Dchauy / Shutterstock 4. Hampi and the Hoysalas Best for templesMysuru–Gokarna; 1060km 659 miles; allow 10 days For many travelers, visiting the time-tumbled ruins of the Vijayanagar kingdom at Hampi is the most memorable experience of a trip to India. Start off in Mysuru formerly Mysore, with its mesmerizing markets, fiery vegetarian cuisine and inimitable maharaja’s palace. Rumble north on the backroads to fascinating Sravanabelagola with its naked 17m 57ft statue of Gomateshvara, the first tirthankar spiritual teacher of the Jain religion. The temples keep coming in Karnataka. Slingshot through Hassan to Belur and Halebid, where the temples of the Hoysala Empire represent perhaps the zenith of the Hindu temple-building art. A three-hour drive east will drop you in Karnataka’s capital, Bengaluru, known for its cosmopolitan dining, shopping and nightlife. It’s a long drive to reach Hosapete, leaping off point for the ruins at Hampi. Allow at least two days to explore Hampi’s tumbledown temples and time travel across centuries. Next, duck onto the backroads to reach Badami, where blood-colored cliffs are pock-marked with cave temples. Detour Tack on a side trip to Aihole, dotted with dusty ruins from the ancient Chalukya kingdom, then finish on the beach with some well-earned R&R in Gokarna, part pilgrim-town, part beach retreat. 5. Kolkata to Darjeeling Best for Himalayan views and side treksKolkata–Yuksom; 808km 502 miles; allow 8 days Eastern India is often overlooked by the crowds who surge north from Delhi, but the journey through West Bengal to the foothills of 8586m 28,169ft Mt Khangchendzonga has an epic sense of mission. Start in chaotic, cultured Kolkata, visiting ashrams, temples and architecture reclaimed from the British. Fit in a tour of the tiger-stalked swamps of the Sunderbans before you head for the hills. The journey north takes you past little-visited country towns to cultured Shantiniketan, a university town with a long history of dance, theater and poetry. From here, you’ll strike north to reach the emerald-green tea plantations and delightfully dated grand hotels of Darjeeling, where you’ll likely catch your first up-close views of the Himalayas. To get intimate with the snow peaks, book onto the Singalila Ridge trek or edge even closer to Mt Khangchendzonga by picking up a permit for Buddhist Sikkim. A route through Kalimpong, Gangtok and Pelling will reveal the kinds of views that make mountaineers itch for their ice axes. To cap it all off, you can get within touching distance of the snows on the trek to the Goecha La from Yuksom. Head south from Mumbai for the ultimate drive down to Goa © Neil Emmerson / Getty Images 6. Mumbai to Goa Best for beachesMumbai–Palolem; 650km 404 miles; allow one week Short journeys don’t mean scrimping on excitement in India. From brash and brilliant Mumbai, pick up NH66 and head south, detouring down to the coast to explore fascinating forts such as Murud-Janjira, a legacy of centuries of conquest. Pull into the low-key seaside resorts at Ganpatipule and Malvan before you hit the busy beaches of Goa. As you roll into northern Goa, swing by the famous market in Anjuna and the fun-filled beach hubs at Baga and Calangute. Onward to Panaji, Goa’s charming Portuguese-colonial capital, and the timeworn basilicas of Old Goa – a more important city than London or Lisbon in the 16th century. The mood changes as you roll south to laid-back Agonda, the center of Goa’s nascent surfing scene. It changes again as you head inland through green hills dotted with spice farms for a peek at thundering Dudhsagar Falls, India’s second-highest cascade. Finish up on the sand-sprinkled shore at lovely Palolem making time for a bird-spotting hike at nearby Cotigao Wildlife Sanctuary. 7. A drive through the northeast Best for tribal encountersGuwahati–Guwahati; 1700km 1056 miles; allow two weeks With a hired "jeep" and a driver who can speak local languages, a fascinating journey through the varied cultures of the Northeast States awaits. Start in Guwahati, the under-explored capital of Assam, and follow the mighty Brahmaputra River northeast to Kaziranga National Park for close encounters with one-horned Indian rhinos. Onwards to Arunachal Pradesh and the awesome Buddhist monasteries of the Tawang Valley local travel agencies can arrange a permit. Add on a wander through the tribal communities of Ziro and Daporijo, and loop back through Upper Assam, continuing east to the fascinating Konyak Naga villages around Mon in northern Nagaland. Ricochet back to the plains via Kohima ideally in December to catch the Hornbill Festival, then climb up onto the high plateau of Meghalaya, where markets sell bows and arrows as day-to-day essentials, before barrelling downhill from Shillong to Guwahati. Planning tip Bring supplies with you – roads are rough, and creature comforts are limited, but the experience is unparalleled. Factor in time for excursions like kayaking in Kerala © Vinu Sebastian / Shutterstock 8. Around the tip of India Best for southern spiceKochi–Kochi; 807km 501 miles; allow seven days The bottom end of India is a different country again. Start the journey through India’s steamy south in historic Kochi, whose ancient streets tell a timeless tale of seafaring, trade and Kerala spices. As you roam south to Alappuzha, ditch the car for a day to explore the fascinating, waterlogged backwaters by boat. As you pass through Amrithapuri, you can pause for a hug from a living guru before soaking up some rays on Kerala’s loveliest beaches at Varkala and whooshing through Thiruvananthapuram pause just long enough for some incendiary Kerala curries to the southern tip of India. From here, you’ll head inland, through drier, rockier Tamil Nadu, to reach Madurai, whose temple towers groan under the weight of deities and demons. The trip back to Kochi will take you through the Palani Hills, a side spur of the Western Ghats, where the landscape surges upwards to Kodaikanal, perhaps the most charming of India’s southern hill stations, with just the right mix of faded British-era nostalgia and India vim. Grab a cuppa amidst swirling tea plantations in Munnar, South India’s top tea-growing center, before you return to the coast. 9. Chennai to Puducherry Pondicherry Best for cultural varietyChennai–Puducherry; 232km 144 miles; allow three to four days For a short, sweet and spicy trip along India’s southeast coast, consider the three-day trip from Chennai south to Puducherry Pondicherry, taking in some contrasting visions of how colonial India changed once the European interlopers packed their bags. Start in Chennai, with its vast beach, famous-name ashrams and delicious vegetarian cuisine, then track south along the coast, wedged between the sea and the salt lake. Stop one is the surprising surf resort at Kovalam Covelong, a worthy stop en route to Mamallapuram, where you can view a riot of carvings and temples created by the Pallava dynasty. Duck inland to see the ancient Pallava capital at Kanchipuram, then return to the coast to close out the trip at charming Puducherry, formerly Pondicherry, where a Gallic air pervades – best experienced in heritage hotels in the old French Quarter. Just be warned some spiritually-minded travelers pull into the famous ashram at Auroville just north of "Pondy" and never leave! Road tripping in India by motorcycle is not for newbie riders © May_Chanikran / Getty Images Top tips for hiring a car and driver in India You’ll find drivers offering their services at taxi and "jeep" stands all over India, or you can make arrangements through hotels and travel agencies. Check that the driver speaks enough English to understand where you want to go and where you want to stop, and confirm that the driver is able to cross state lines – some vehicles are only licensed to operate in certain areas. You’ll need to agree on a price for the trip before you start, and the cost should include fuel, accommodation and food for the driver for multi-day trips. Expect to pay the equivalent of around US$30 per day. Be clear with your driver about what you want from your journey; if you want to avoid stops at tourist shops and commission-paying venues, be firm from the outset. Exploring India by motorcycle or bike is for experienced riders India’s roads are not for fair-weather motorcyclists, but if you have a few miles under your belt and fancy a challenge, it’s a fabulous way to explore this enormous country. Veteran hire companies such as Lalli Singh Tours in Delhi have sent hundreds of travelers off on journeys across India, from the steamy southern jungles to the high passes of the Himalayas. The best advice we can give is to ride slowly and defensively, always give way to larger vehicles, and carry a full repair kit and spares – and know how to use them! The nostalgic British-designed Enfield Bullet is the vehicle of choice for many travelers, but it’s a heavy brute; newer machines from the likes of Bajaj are lighter and easier to handle. If you plan to pedal your way around India by bicycle, carry plenty of puncture repair kits and bring lights and high visibility gear. If you don’t want to transport your own bike into the country, consider flying into Delhi and buying a bike at the Jhandewalan Cycle Market.
Mungkin sudah sering mendengar cerita-cerita indah ataupun kurang mengenakan saat jalan-jalan di India. Tentang kemegahan keindahan Taj Mahal, keindahan pegunungan bersalju di Kashmir, Mumbay yang dikenal sebagai Bollywood dengan filmnya. Itu semua berada di India bagian tengah dan utara. Tempat-tempat yang sudah populer bagi orang Indonesia dan ramai mereka kunjungi. Sementara saya memilih pergi ke selatan India. Tepatnya negara bagian Tamil Nadu. Saya mengunjungi kota besarnya, Chennai, dan daerah pegunungan Kodaikanal di Didinggul. Kalau di peta, Tamil Nadu membentang di ujung selatan anak benua. Berbatasan dengan Kerala. Dekat dengan Sri Lanka. Untuk ke Tamil Nadu, pastinya harus melalui Chennai. Ibukotanya yang menyajikan pemandangan yang kontradiktif. Kota metropolitan ini memiliki dua wajah. Pada satu sisi, modernitas sudah terlihat di mana-mana. Namun di sisi lain, wajah kusam, kumuh, dan semrawut masih dominan. Dulu dikenal dengan nama Madras. Kini menjadi pusat budaya, ekonomi, dan pendidikan terbesar di selatan India. Kota ini adalah kota metropolitan terbesar keempat di India. Jumlah penduduknya saja lebih dari delapan juta jiwa. Metro Chennai adalah area urban dengan populasi terbanyak ke-36 di dunia. Jadi tak heran ketika menelusuri kota metro seluas kilometer persegi ini, setiap sudut kota selalu ramai. Di mulai di gerbang utamanya, Chennai Internasional Airport, manusia berjejal di pintu keluar. Menunggu kerabat, teman, atau tamu. Apalagi sopir taksi datang menawarkan jasanya seperti di Indonesia. Kalau langsung keluar pasti membuat bingung dengan banyaknya orang. Patung Anna Salai di Pusat Kota Chennai Pemandangan serupa dijumpai di atas kereta yang membawa dari bandara ke pusat kota. Orang-orang berdesak-desakan naik kereta. Mereka berjejal di atas kereta. Bagi yang tidak kebagian tempat duduk, berdiri di tengah-tengah hingga nyaris tumpah di pintu. Jangan membayangkan kereta ini seperti kereta di Jepang atau Singapura. Kalau pernah melihat film Slumdog Millionire, begitulah keadaan kereta di Chennai. Di bus kota pun begitu. Terutama pada jam-jam sibuk seperti berangkat atau pulang kerja. Bus jadi moda transportasi yang paling banyak digunakan. Orang berdiri dalam bus yang sesak. Kalau tak kebagian tempat di dalam, ya menggantung dekat pintu. Ketika hari pertama berada di Chennai, awal Januari lalu, para pengemudi bus yang dikelola pemerintah sedang mogok. Seorang polisi dan warga Chennai yang saya temui mengungkapkan hal tersebut. Jadi tidak banyak bus yang beroperasi. Setiap bus yang melintas, selalu padat penumpang. Pantas saja, saya dan banyak warga yang harus menunggu berjam-jam untuk mendapatkan tumpangan. Atau beralih ke kereta. Saya ikut beralih menggunakan kereta ke pusat kota. Meski kota metropolitan, wajah Chennai tak ubahnya kota lama. Banyak bangunan-bangunan berwajah kusam dengan gaya lama. Perpaduan gaya Mugals dan British yang menghasilkan gaya Indo-Saracenic. Kota metro ini memang tumbuh dengan percampuran gaya arsitektur Hindu, Islam, dan Gotik. Bahkan bangunan institusi yang muncul lebih dulu banyak bergaya era kolonial. Gaya arsitektur bergaya kolonial itu bisa dilihat pada bangunan Fort Saint George yang dibangun tahun 1640, Madras High Court yang dibangun tahun 1892, Southern Railway Headquarters, Ripon Building, dan Government Museum. Lalu bangunan Senate House of the University of Madras, Amir Mahal, Bharat Insurance Building, Victoria Public Hall dan The College of Engineering. Bangunan-bangunan itu, kalau tak bercat putih, pasti bercat warna merah tua. Catnya banyak yang sudah mengelupas atau sudah tampak kusam. Warga Chennai menunggu bus di Chennai Central Selain bergaya Indo-Saracenic, banyak juga bangunan bergaya Gotik. Misalnya yang terlihat pada bangunan stasiun kereta Chennai Central dan Chennai Egmore. Chennai Central adalah pusat pertemuan seluruh moda transportasi. Stasiun kereta, stasiun bus, dan sebentar lagi stasiun Metro, berada di Chennai Central. Bangunannya khas dengan cat warna merah hati. Bangunan-bangunan itu sudah ada sejak abad ke-17. Bahkan bangunan tertua dan masih ada sampai sekarang dibangun pada abad ke-7 dan abad ke-8. Kesan zaman dulu atau bahasa kerennya jadul pun langsung muncul ketika berkeliling melihat kota ini. Bak melihat Jakarta pada era 80-an. Kesan era 80-an makin kental saat melihat bus kota yang melayani jutaan warga. Kalau pernah melihat film Dono, Kasino, Indro, dari tahun 80-an, pasti bisa membayangkan model bus di Chennai. Catnya sudah kusam, bahkan terkelupas. Memiliki banyak jendela tetapi kacanya sudah copot. Jadi angin langsung menerobos masuk ke dalam bus. Di tengah kota metroplitan ini banyak kawasan-kawasan kumuh yang tampak semrawut. Terutama di sepanjang jalur kereta. Gubuk yang menjadi rumah permanen warga juga berderet di pinggir jalan raya. Gubuk-gubuk itu berukuran kecil. Tampaknya hanya terdiri dari satu ruangan, tanpa kamar mandi. Warganya kadang duduk berkumpul sambil lesehan di tanah. Sehari-hari mereka menggunakan bahasa Tamil yang berbeda dari bahasa Hindi atau bahasa nasional India. Makanya orang-orang dari India bagian utara berkomunikasi dengan orang Tamil menggunakan bahasa Inggris. Gelandangan tidur di mana-mana. Fakta ini membuat syok karena mereka tidur di sembarang tempat. Bahkan di trotoar jalan yang terpapar panas matahari atau diguyur hujan. Mereka hanya menutup tubuh sampai kepala dengan sarung. Namun kebiasaan warga yang paling membuat syok adalah kencing di sembarang tempat. Di pinggir jalan, di tembok bangunan, atau di samping kendaraan. Terkadang mereka berderet-deret buang air kecil sambil berdiri. Sudut jalan di Marina Beach Kebiasaan ini tak hanya dilakukan pria dewasa. Orang tua juga seolah membiasakan anaknya yang masih kecil untuk pipis sembarangan tempat. Bahkan wanita dewasa sekalipun melakukan kebiasaan ini. Sekali waktu, saya melihat seorang nenek juga kencing dekat tong sampah sambil berdiri. Jadi jangan heran kalau menelusuri kota ini, tercium bau pesing. Bau pesing di mana-mana, ditambah bau sampah. Kebiasaan warganya yang membuang sampah sembarangan memunculkan titik tumpukan sampah. Termasuk di tepian jalan besar. Karena relatif lama tak diangkat sehingga menebar aroma busuk. Lalu datanglah sapi-sapi mengaduk-aduk sampah untuk mencari makan hingga berserakan. Pemandangan serupa juga tampah di kawasan wisata seperti pantai. Chennai memiliki pantai terpanjang kedua di dunia. Marina Beach yang membentang sepanjang 13 kilometer di Teluk Bengali. Pantai ini ramai tetapi tidak terurus. Sampah berserakan mencemari lautan pasir. Pantai Trikora di Bintan atau Pantai Mirota di Pulau Galang jauh lebih terurus dan bersih. Dibalik wajah kumuh Chennai dan kebiasaan warganya yang buruk, banyak juga kemajuan yang dicapai kota yang ramai dikunjungi wisatawan ini. Bandara Internasional Chennai sebagai pintu masuk kawasan selatan India adalah bandara tersibuk ke keempat di India. Menyadari banyaknya kunjungan wisatawan, pemerintah India membangun Bandara Chennai relatif megah. Melihatnya seperti perpaduan Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar dan Bandara Kualanamu di Medan. Ritual di Kuil tertua di Chennai Akses ke pusat kota sangat mudah dengan berbagai moda transportasi. Jalan layang dan jalan tol dalam kota sudah ada. Jalan layang bahkan sudah saling silang atau pararel. Bandara Chennai sendiri sudah dihubungkan dengan kereta antarkota dan metro sejak lama. Kereta ini sudah ada sejak tahun 1939. Lebih dulu dari Jakarta yang baru memiliki kereta bandara akhir tahun lalu. Bahkan bandara ini telah dilayanai Metro Rail Chennai atau MRT seperti di Singapura meski masih belasan kilometer dan belum sampai ke pusat kota. Stasiun dan jalur menuju bandara ini sudah siap sejak tahun 2016. Sementara di pusat kota, beberapa stasiun sudah siap. Saat ini sudah ada dua jalur. Pembangunan terus berlanjut dan diperpanjang hingga kini. Selain kereta dan metro, moda transportasi lainnya adalah taksi. Termasuk taksi online. Saat Indonesia masih berkutat soal pro-kontra, taksi online di Chennai sudah bebas menjemput penumpang di bandara. Di Bandara Internasional Chennai, tersedia tempat penjemputan khusus yang disediakan untuk taksi online seperti Uber dan Ola. Tak heran, teman di India menyarankan saya menggunakan taksi online saja kalau tiba tengah malam. Meski begitu, Chennai dengan budayanya yang masih kental menarik wisatawan untuk datang. Penerbit buku panduan wisata Lonely Planet menyebutkan Chennai masuk sepuluh besar kota di dunia yang dikunjungi tahun 2015. Pada tahun yang sama, BBC juga melabeli Chennai sebagai hottest city atau kota yang paling layak untuk dikunjungi dan ditinggali dalam waktu yang lama. Hal ini karena perpaduan modernitas dan nilai-nilai budayanya masih kental. Lonely Planet menambah label Chennai dengan sebutan kota kosmopolitan terbaik kesembilan di dunia.*** 4038
Jumlah Pembaca 18 Bersama anak-anak Jaipur Halo Sobat KP, kali ini ada cerita dari kawan kita bernama Kak Bani yang merupakan seorang backpacker dari Komunitas Backpacker Jogja. Selama menjadi backpacker, ia telah mengunjungi beberapa negara. Diantaranya yakni Singapura, Malaysia, Thailand, India, Arab, Jepang, Hongkong, dan Macau. Kak Bani aktif menulis di Quora tentang pengalaman berpetualangnya dan telah menerbitkan buku tentang kisahnya selama menjadi backpacker di Thailand dan Singapura. Nah, spesial untuk pembaca blog Kamar Pelajar, Kak Bani mau bercerita tentang pengalaman solo trip-nya di India. Jangan skip cerita ini yah! Karena selain berbagi pengalaman, Kak Bani juga akan memberikan Sobat KP beberapa tips seputar backpacking di India. Alasan kenapa suka backpacking Bagi Kak Bani, cara berwisata seperti turis kebanyakan merupakan hal yang biasa saja. Ia sebagai pribadi penyuka tantangan dan ketidakpastian lantas menginginkan cara berwisata yang unik, yaitu backpacking! Menurut Kak Bani, backpacking merupakan ketidakpastian yang dapat memberi makna untuk perjalanan solo trip-nya, seperti pengalaman berburu promo tiket dan bangun pagi ngejar pesawat. Tips berburu promo tiket pesawat Ketika ditanya tentang tips berburu tiket pesawat’, Kak Bani bertutur bahwa tiket promo seringkali tersedia pada tanggal-tanggal tertentu. Namun tidak hanya itu, untuk mendapatkan tiket promo, para backpacker bisa lebih mudah mendapatkannya melalui grup Facebook Komunitas Pemburu Tiket. Kalau Kak Bani sendiri, ia dan teman-temannya di komunitas backpacker Jogja sering berbagi informasi tiket promo. Disitulah mereka saling menawarkan apakah tiket yg tersedia itu sudah cocok atau belum dengan apa yang diinginkan si backpacker. Namun tiket promo ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama adalah keterbatasan waktu. Kedua, harus cepat dan cekatan. Misalnya ketersediaan tiket promo dimulai jam dua belas malam, nah pada jam setengah satu, tiket-tiket tersebut telah habis diserbu oleh pemburu promo lainnya. Jadi, jika ingin mendapatkan tiket promo, standby dari jam setengah dua belas merupakan hal yang wajib dilakukan. Nah untuk tips tambahan, Kak Bani bercerita bahwa ia dan teman-temannya sering memesan tiket promo dulu, walaupun mereka belum tentu akan pergi backpacking atau batal. Kalau batal, ya disobek. Couch Surfing Kak Bani pernah sebentar menjalani Couch Surfing dan mengikuti pertemuannya. Akan tetapi, Kak Bani tidak pernah menjadi host. Hal ini dikarenakan bahwa ia masih ragu soal keamanan dari menerima tamu luar negeri tersebut. Tapi Kak Bani sendiri pernah sekali menerima turis dari malaysia, namun turis tersebut bukanlah anggota Couch Surfing, melainkan teman dari temannya Kak Bani. Pengalaman paling membekas di memori Ketika ditanya mengenai pengalaman yang membekas dalam ingatan, Kak Bani menjawab bahwa itu adalah India. Karena saat di sana, ia mengalami beberapa hal mengesankan. Kak Bani merupakan salah satu turis yang ketagihan mengunjungi India. “Menurutku orang jalan-jalan ke India itu outputnya ada dua, satu ketagihan, dua kapok. Nah aku yang ketagihan.” Pada 6 tahun silam, Kak Bani pernah melakukan solo traveling di India. Ia pernah terkena penipuan saat membeli simcard di sana, namun itu tidaklah masalah baginya karena ia sangat menikmati perjalanan backpacker-nya. Kak Bani mengawali cerita pengalaman berkesannya di India dengan momen ketika uangnya yang terjatuh ditemukan dan dikembalikan oleh seseorang. Sedang berada di Stasiun Delhi “Aku pernah waktu di depan stasiun di Delhi tuh duitku jatuh 100 Rupee dari kantong belakang, nah aku dicolek sama supir bajaj, nah trus dibilangin duitmu jatuh’ wah jadi aku merasa segitu banget sih, aku kira bakal diambil nih, padahal di depan stasiun itu rame loh’.” Tidak hanya itu, pada awal Kak Bani pergi ke India, saat mengurus simcard, ia pernah meminjam ponsel penduduk lokal di sana untuk mengirim sms pada seseorang. Namun ketika ia meraih ponsel tersebut, si pemilik justru menyuruhnya agar langsung menelpon saja. “Jadi, awal- awal aku pernah ke India, aku ngurus simcard, terus aku pinjam hape orang, terus sama dia disuruh call, padahal niatku pake sms doang padahal.” Selain pengalaman itu, Kak Bani mendapatkan supir bajaj yang sangat baik hati dan ramah. Namanya adalah Rehan. “Aku ketemu sama supir bajaj namanya Rehan. Awalnya sebenernya aku itu udah pesen driver dari stasiun, namanya si A. Tapi ternyata si A ini nggak bisa, bisanya adalah si Rehan.” Bersama Bapak Rehan Rehan tersebut tidak hanya menyopiri Kak Bani saja, namun ia juga memberi rekomendasi wisata yang terjangkau ketika ditanya mengenai hal tersebut. Setelah sampai di tempat wisata tersebut, mereka berbincang akrab. Apalagi saat mengetahui bahwa mereka sama-sama muslim. Karena mereka asyik berbincang dan bercerita, maka ia pun merasakan lapar, jadi Kak Bani pun bertanya pada Rehan tentang rekomendasi tempat makan yang menyajikan makanan murah dan enak. “Aku bilang kalau aku laper nih, ada nggak tempat makan yang murah? dan dia ternyata bener-bener ngasih tahu, jadi dia anterin aku ke warung nasi briyani, tempatnya memang masuk gang, kecil, tapi bener-bener rame banget, harganya pun 1 porsi briyani ayam itu 30 Rupee atau 6000 perak. Yaudahlah kita makan.” Mereka pun makan bersama. Hingga sampai akhirnya makanan mereka habis, Rehan pun berkata pada Kak Bani bahwa ia akan menyupiri siapapun teman Kak Bani yang berkunjung ke India. Jaipur “Sampai akhirnya begitu udah kelar makan, si Rehan bilang ke aku, hey bro, Bhaiyaa, kalau misal ada temenmu orang Indonesia yang main ke Jaipur bilang ke aku ya, biar aku supirin dia. oke siap bro!’ aku bilang gitu. Nah dari situ aku merasa mantep banget lah, kita ngobrol panjang lebar.” Merasa kenyang dengan nasi biryani, mereka pun melanjutkan wisata ke Agra, yakni untuk mengunjungi Taj Mahal. Setelah ke Taj Mahal, mereka membeli Chai, atau Teh Susu atau Teh Tarik, dan Kak Bani pun mentraktir Rehan. “Thank you Bhaiyaa, it goes to my heart!” Menurut Kak Bani, traktiran tersebut adalah hal sepele baginya. Namun Rehan tidak lupa berterima kasih dan Kak Rehan pun langsung merasa terkesan dengan respon tersebut. Setelah berjalan-jalan dengan supir bajaj bernama Rehan, Kak Bani pun lantas pergi ke penginapannya. Lucunya, pemilik penginapan tersebut lupa dengan nama Kak Bani, jadi ia hanya dipanggil dengan nama negaranya, “Indonesia, Indonesia”. Nah, jenis penginapan yang ditinggali Kak Bani selama 2 minggu ini adalah dormitory. Di dalam setiap kamar terdiri dari 10 tempat tidur tingkat dua. Maka dari itu, menginap di tempat ini sangatlah terjangkau. Agra Char Minar Itimad Lumbini Park Mecca Masjid Qutub Minar Sedang berada di Taj Mahal Oh iya, sedikit fakta unik. Apakah Sobat KP tahu tentang makanan India yang pengolahannya kurang higienis? Nah, jadi Kak Bani ternyata pernah mencicipi makanan yang diaduk menggunakan tangan dan ia pun langsung sakit perut setelah itu. Wah, lumayan serem yah! Biaya total perjalanan Ketika ditanya tentang biaya total perjalanan 2 minggu ini, Kak Bani menyampaikan bahwa totalnya adalah 8 juta. Untuk rinciannya adalah sebagai berikut Tiket pesawat promo Malaysia – Hyderabad PP Rp1,5 jutaTiket pesawat Kuala Lumpur – Yogyakarta PP Rp1,8 jutaVisa sekitar Rp700kBiaya 2 minggu di India Rp4 juta Rating negara menurut Kak Bani Ketika diminta untuk mengurutkan negara berdasarkan penilaian pribadinya dari yang paling berkesan hingga tidak, berikut adalah jawaban Kak Bani IndiaMalaysiaSingapuraThailandArabHongkongMacauJepang Menurut Kak Bani, Jepang merupakan urutan terakhir dalam list negara yang membuatnya terkesan. Ketika ditanya mengenai hal ini, beginilah jawab Kak Bani, “Karena mahal banget dan terlalu maju buatku. orang kan terbantu dengan teknologi. dulu aku ke sana aja promo pesawat. makan satu kali 800 yen berarti bisa seratus dua puluh ribuan. Seminggu itu hampir 10 juta. Jepang mahal banget. Emang sih yang suka jepang banyak, tapi aku enggak.” Tips dari kak Bani cara survive di India menjadi turis selama 2 minggu Kuatlah bau kari dan dupaMakanan kurang higienisJarang sarapan nasiKotanya lebih kotor daripada kitaSampah dibuang dari jendela kereta Rekomendasi tempat wisata India? Berikut ini adalah rekomendasi wisata dari Kak Bani jika Sobat KP ingin berkunjung ke India. Taj MahalAgra FortItimad-ud-daulah’s TombHumayun’s TombQutub MinarIndia GateJama MasjidThe Red FortCharminar Lumbini Park HyderabadMecca MasjidHawa MahalJaigarh FortRoyal CenotaphsChhatrapati SivajiGateway of India Oh iya, tiket Taj Mahal mematok tarif 50 Rupee atau sekitar 10k Rupiah dan untuk wisatawan asing bertarif 750 Rupee hampir 250k Rupiah. Nah sobat KP, begitulah pengalaman Kak Bani selama menjadi backpacker di India beserta tipsnya. Jika sobat KP berminat untuk liburan ke India, pantau terus website Kamar Pelajar untuk tetap update jika sewaktu-waktu tersedia host di sana! ^_^
pengalaman jalan jalan ke india