Kalaupunharus menilai orang lain, jauh lebih elok jika menilai kebaikannya karena sesungguhnya tidaklah mudah untuk mengerti dan memahami dengan benar tentang sifat, karakter, dan watak seseorang. Guru Agung Buddha menjelaskan dalam kitab Angutara Nikaya tentang 4 (empat) cara agar dalam mengenal karakter seseorang yaitu: dengan tinggal bersama, berurusan dengan seseorang, saat ditimpa bencana, dan bercakap-cakap. AlQur'an surat at-Taubah (09) : 119 mengajarkan kepada manusia untuk bertakwa dan jujur dalam setiap perbuatan. "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." Jujur hendaknya tidak hanya kepada orang lain, tetapi juga terhadap diri sendiri. Sebagaiumat Islam, kita harus menjauhi sifat egois. hal ini karena sifat egois akan merugikan diri sendiri dan juga merugikan orang lain, bahkan lingkungan sekitar. Islam melarang umatnya bersikap ananiah dan mendidik umatnya agar pandai-pandai menghormati orang lain sebagaimana wajarnya. Aisyah ra berkata : Jangan terburu-buru memuji orang lain, jangan pula terburu-buru mencela mereka. Sebab -atau bisa saja- sesuatu yang engkau saksikan menyenangkanmu dari mereka pada hari ini akan menyusahkanmu esok hari. Dan bisa saja apa yang menyusahkanmu dari mereka pada hari ini akan menyenangkanmu esok hari." _____ Majma' Az-Zawaid, no. 17486 Adayang mengaitkannya dengan arogansi. Arogansi adalah perasaan lebih unggul dari orang lain dan itu kita terapkan dengan cara merendahkan orang lain (ucapan, sikap, dan tindakan). Karena kita menilai orang lain itu tidak sehebat kita atau tidak se-soleh kita, makanya kita tidak mudah percaya. Les Sites De Rencontre Belge Gratuit. Ilustrasi via ragu dengan tampilan orang lain yang buruk, takut dijahati, atau jangan jangan dia rampok atau pencuri...Begini jika Anda takut salah menilai orang agar tak ragu, jahat atau baik anda akan tahu...Sebagian besar orang selalu terjebak dalam ego untuk menilai orang lain. Pekerjaan untuk menilai diri sendiri biasanya kurang begitu memotivasi, tetapi saat diberikan tantangan untuk menilai orang lain, maka gairah dan motivasi akan bersatu padu dalam antusiasme untuk menemukan jati diri orang lain kita bukan tidak boleh menilai orang lain. Akan tetapi kita juga harus instropeksi diri sendiri. Disaat menilai orang lain tentunya kita hanya bisa menilai dari lahiriyahnya saja. Sebab menilai hati seseorang itu tidak ada kemampuan penilaian hati seperti ikhlas atau riyanya seseorang, itu merupakan kekuasaan Allah Swt. yang perlu kita ingat disaat menilai orang lain, jauhkanlah sifat buruk sangka. Sebab belum tentu buruk lahiriyah, buruk pula hal ini Imam al-Ghazali, memberikan 5 tips bagaimana sebaiknya kita menilai orang lain. Supaya tidak jatuh kepada penilaian yang salah. Dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam al-Ghazali berkata1. Jika engkau melihat orang yang masih muda, maka katakan dalam hatimuOrang ini belum banyak durhaka kepad Allah sedangkan aku sudah banyak durhaka pada Allah. Tidak diragukan lagi orang ini lebih baik dariku’.2. Jika engkau melihat orang yang lebih tua, katakan dalam hatimu,Orang ini sudah beribadah sebelum aku, dengan begitu tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku’.Baca Juga Rasulullah Marah Bila Kita Membakar Semut, Begini Cara Mengusirnya Agar Diridhoi Allah3. Jika engkau melihat orang alim berilmu, katakan dalam hatimu,Orang ini sudah diberi kelebihan yang tidak diberikan kepadaku. Dia menyampaikan suatu kebaikan kepada orang lain sedangkan aku tidak menyampaikan apa-apa. Dia tahu hukum-hukum yang tidak aku tahu. Maka bagaimana mungkin aku sama dengannya?’4. Jika engkau bertemu dengan orang bodoh, kurang ilmu dan wawasan, katakan dalam hatimu,Orang ini sudah durhaka kepada Allah karena ketidaktahuannya sedangkan aku durhaka kepada Allah dengan pengetahuanku, maka vonis Allah kepadaku lebih berat dibanding orang ini. Dan aku tidak tau bagaimana akhir hidupku dan akhir hidup orang ini’.5. Jika engkau melihat orang kafir, maka katakan dalam hatimu,Aku tidak tahu, bisa jadi dia akan masuk Islam dan mengisi akhir hidupnya dangan amal kebaikan, dan dengan keislamannya itu dosa dosanya keluar dari dirinya seperti keluarnya rambut darr timbunan tepung. Sedangkan aku, bisa jadi tersesat dari Allah karena tidak mau meningkatkan iman dan akhirnya menjadi kafir, dan hidupku berakhir dengan amal buruk. Orang seperti ini bisa jadi besok menjadi orang yang dekat dengan Allah dan aku menjadi orang yang jauh dari Allah’.Demikianlah sahabat bacaan madani 5 tips menilai orang lain menurut imam Al-Ghazali. Dari 5 tips tadi bisa kita simpulkan bahwa kita dilarang berburuk di anjurkan untuk berbaik sangka kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-Quran,“Maka janganlah engkau menilai dirimu lebih suci dibanding orang lain. Dia Allah lebih tahu siapa orang-orang yang bertakwa.” QS. an-Najm 32 Sebagian orang terkadang lebih sering menilai seseorang dengan melihat luarnya saja. Padahal, apa yang dari luar belum tentu adalah keadaan aslinya. Menilai seseorang dari luar memang perlu, karena kesan pertama memang selalu dilihat dari tetapi, ada baiknya untuk Anda juga menilai seseorang lebih dalam lagi, seperti misalnya kepribadiannya dan tingkah lakunya. Ingatlah selalu bahwa sebelum Anda menilai orang lain, lihatlah diri Anda sendiri terlebih dahulu. Dalam pandangan islam, Allah mengetahui mana orang yang benar-benar berbuat baik dan mana yang hanya terlihat suci di hadapan banyak orang. Seperti apa yang yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw. yang bersabda bahwa,“Janganlah menganggap menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya, Allah lebih tahu mana orang-orang yang baik di antara kalian” HR. Muslim No. 2142Ketika menilai seseorang, terkadang jari dan mulut kita teramat lancar melakukannya, seakan-akan kita adalah makhluk paling baik di muka bumi. Sampai pada titik yang lebih parah, kita tidak memedulikan lagi apakah kata-kata yang diucapkan akan menyakiti hati dan berdampak buruk pada seseorang tersebut atau kita terlalu pandai menghakimi, memberikan komentar-komentar yang buruk padahal kita sendiri tidak tahu kenyataan yang sebenarnya. Maka dari itu janganlah terlalu cepat berkomentar yang tidak-tidak hanya dengan melihat seseorang dari luarnya saja. Karena yang kita tahu mungkin hanya secuil kebenaran yang karena itu, untuk menghindari kita dari sifat yang berburuk sangka dengan seseorang, berikut ini merupakan cara menilai seseorang yang baik menurut pandangan Menurut Quran Surah an-Najm ayat 32Allah SWT berfirman dalam al-Quran surah an-najm ayat 32 yang artinya,“…. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah, lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.”Semua manusia pasti memiliki banyak dosa, maka janganlah sekali-kali Anda merasa paling segalanya dibandingkan orang lain apalagi sampai berkomentar yang buruk hanya dengan melihat sekilas kehidupannya. Ketahuilah bahwa meskipun Anda terlihat baik di hadapan banyak orang, Allah akan tetap mengetahui apa isi hati Anda yang Menurut Imam Bakr al-MuzaniMenurut Imam Bakr al-Muzani, ada dua cara agar Anda bisa menilai seseorang secara baik. Muhasabah atau introspeksi diriSebelum berkomentar buruk terhadap orang lain, ada baiknya untuk Anda introspeksi diri sendiri dulu. Hal ini bertujuan meraba-raba sekaligus untuk mengetahui bagaimana cara menilai diri sendiri yang harus dipelajari, serta mengingat bahwa sebenarnya Anda sendiripun bukanlah manusia yang amat baik dan masih memiliki banyak setelah Anda mengingat betapa banyaknya dosa Anda, yang bisa Anda lakukan adalah dengan banyak ber-istighfar sambil memohon pengampunan kepada Allah SWT. selain meminta pengampunan, Anda juga dapat berdoa supaya bisa menjadi pribadi yang lebih baik dengan tidak menilai seseorang hanya dari luarnya apa yang nampak belum tentu adalah kebenarannya. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya untuk Anda mengetahui bagaimana contoh metode introspeksi dalam psikologi agar membantu Anda dalam atau berbaik sangkaTidak ada salahnya untuk berbaik sangka terhadap siapapun selama hal tersebut tidak merugikan Anda. Karena berbaik sangka harus lebih Anda utamakan ketika hendak menilai seseorang, sekalipun orang tersebut adalah orang yang jahat. Lagipula, tidak ada salahnya berbaik sangka, karena apabila Anda sudah kepalang berburuk sangka, maka Anda hanya akan mendapat dosa dan ada baiknya harus apa yang telah dikatakan oleh Abu Bakr al-Muzani,“Prasangka buruk su’udzon terhadap manusia. Karena sesungguhnya, meskipun kalian benar, kalian tidak akan mendapatkan pahala, dan jika kalian salah, kalian mendapatkan dosa.” Imam Abu Na’im al-Ashbahani, Hilyah al-Auliya’ wa Thabaqat al-Ashfiyah, Kairo Dar al-Hadits, 2009, juz 2. Hal. 1203. Menurut Imam al-QurthubiDalam Al-Mufhim limaa asykala min talkhish kitab Muslim Juz 6, hal. 539 Imam al-Qurthubi memaparkan bahwa hati itu yang memperbagus adalah amalan lahiriyahnya, dan amalan hati merupakan sesuatu yang ghaib bagi kita. Maka dari itu, janganlah menebak-nebak hati seseorang dengan mudah hanya dengan melihat dari luarnya saja mengenai kesalahan yang nampak. Sebab hanya Allah SWT lah yang lebih mengetahui dan menilai sifat hakiki manusia yaitu baik dan buruknya Menurut Abu Hurairah raDari Abu Hurairah ra. Berkata bahwa, Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk paras dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat hati dan amalan kalian.” HR. Muslim No. 2564Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT sang pencipta saja tidak menilai seseorang hanya dari keelokan wajahnya, warna kulitnya, ataupun pakaian paling baik yang dikenakan olehnya. Akan tetapi, Allah SWT melihat seseorang dari ketulusan hatinya, keelokan adabnya dan kelembutan tutur tidak hanya ditampakkan saat berada di keramaian saja, melainkan ditempat yang sepi dan tidak butuh validasi dari siapapun, orang tersebut akan tetap berprasangka dan berbuat baik terhadap Menurut Imam Abu QilabahImam Abu Qilabah merupakan murid dari Sayyidina Anas bin Malik ra. Beliau pernah mengatakan bahwa apabila sampai kepadamu suatu informasi mengenai perbuatan seseorang yang kamu benci, maka carilah alasan untuk tetap berbaik sangka terhadapnya dan carikan pula alasan yang baik untuk dirinya semampu yang kamu bisa.“Jika sampai kepadamu informasi mengenai perbuatan saudaramu yang kamu benci, carikanlah alasan yang husnudzon untuknya semampumu. Jika kamu tidak menemukannya, maka katakan pada dirimu sendiri, “Mungkin saudaraku mempunyai alasan yang tidak aku ketahui.” al-Hafidz Abu Nu’aim al-Asfahani, Hilyah al-Auliya’ wa Thabaqat al-Asyfiya’, Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1988, juz 3. Hal. 285.6. Menurut Imam al-GhazaliDalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam al-Ghazali mengajarkan kita bagaimana baiknya cara menilai kelebihan dan kekurangan orang lain dengan meninggalkan sikap ujub. Ujub merupakan suatu sifat dimana seseorang memandang dirinya sendiri dengan kemuliaan, kebesaran, lebih baik dari orang lain, dan memandang orang lain dengan penuh biasanya, orang yang ujub akan dengan mudah membanggakan dirinya dan menjelek-jelekkan orang lain tanpa peduli dan mengecek lebih dulu apakah perkatannya benar atau tidak. Mirip seperti perkataan iblis kepada Allah SWT ketika disuruh bersujud kepada Nabi Adam as.“Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” QS. Al-A’raf12Dari apa yang telah dijelaskan di atas, kesimpulan yang dapat di ambil adalah bahwa kita dianjurkan untuk selalu berbaik sangka terhadap orang lain, dan jangan terlalu cepat mengatakan keburukan-keburukan orang lain padahal kita tidak tahu kehidupannya selama 24 selalu bahwa Allah SWT mengetahui mana yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, serta yang tulus dan yang tidak. Don’t judge a book by its cover! Karena apa yang nampak dipermukaan, belum tentu kebenaran yang sebenarnya. Sungguh mengherankan karena sebagian besar orang yang hidup di zaman sekarang menilai orang lain berdasarkan uang. Orang yang hanya ingin berteman dengan yang terlihat kaya saja. Padahal orang seperti itu tidak tulus dan lingkungan seperti ini semakin banyak. penting untuk mengetahui bahwa Islam mengajarkan menilai orang berdasarkan taqwa. Buat apa punya harta berlimpah tetapi tidak bertakwa. Uang tidak akan dinilai oleh Allah SWT, tetapi yang dinilai adalah taqwa seorang hamba. Ada beberapa poin yang harus dipahami bagi orang yang hanya mau berteman dengan orang kaya saja. Ini juga penting bagi orang yang diberi kesempatan harta melimpah. Kesempatan banyak bersedekah Seseorang yang memiliki kesempatan berkelimpahan harta, penting untuk bersedekah. Semakin banyak harganya maka sedekahnya juga harus semakin kencang. Kita harus memikirkan orang-orang yang tergolong tidak mampu berada di sekitar. Memiliki kelimpahan harta jangan membuat seseorang menjadi pelit. Lebih lagi tidak ada yang tahu kapan kita bisa terus bersedekah karena tutup usia merupakan bahasa yang hanya diketahui oleh Allah. Jadikan kekayaan sebagai cara untuk mencapai surga Allah. Orang yang kikir ketika di akhirat bisa masuk neraka dan dibakar dengan harta yang ditimbunnya. - Jangan nilai dari uang, tetapi taqwa. Foto Unsplash Membuat orang enggan melakukan kejahatan terhadap orang bersedekah Bersedekah merupakan salah satu cara cara untuk menunjukkan ketakwaan kepada Allah. Pahami bahwa segala sesuatu yang kita miliki merupakan milik Allah yang dititipkan. Alangkah baiknya selalu banyak bersedekah selama masih diberi kesempatan hidup. Bersedekah bisa membantu seseorang yang kesulitan secara perekonomian terlepas dari niatan mencuri atau berbuat jahat lainnya. Tidak perlu banyak banyak memberikan sedekah, kita bisa melakukan seikhlasnya. Bagaimanapun kemiskinan sangat dekat dengan kriminalitas, sehingga sudah menjadi tugas seorang yang berkelimpahan untuk membantu orang yang kurang mampu. Jangan menilai orang lain dengan uang, Orang kaya terakhir masuk surga Pada waktu dihisab segala amalan manusia, orang yang tidak mampu dan tetap berbuat baik dalam hidup serta beriman akan masuk surga lebih mudah. Mereka tidak memiliki tanggungan yang belum terbayarkan. Tanggungan yang dimaksud berupa hak orang lain. Berbeda halnya dengan orang kaya yang akan dimasukkan surga lebih lambat karena ada banyak pertanggungjawaban. Orang-orang yang kaya akan ditanya apakah memiliki tanggungan yang belum terbayar. Pelajaran bagi orang yang kaya adalah jangan menunda memberikan hak orang lain jika ingin cepat masuk surga. Jadi kalau ada orang yang menyindir kita berdasarkan kekayaan dan meremehkan, abaikan saja. Tidak perlu dimasukkan dalam hati, toh pahalanya malah mengalir ke kita. Untuk ulasan hal inspiratif lainnya, silahkan follow Muslima TCT Terkini 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID BXWJvB7zYMGjQ2gUVMsQXpyBM_cPuooUe4Vlk93vGMRdftJIxKAgoA== ORANG yang selalu melihat kebaikan pada diri orang lain maka kebaikan akan datang pada dirinya. Tetapi orang yang selalu melihat keburukan pada diri orang lain, maka keburukanlah yang akan datang pada dirinya sendiri. BACA JUGA Tentang Apa yang Orang Lain Katakan Anda tak mau dinilai buruk oleh orang lain? Maka, jangan bicara buruk tentang orang lain. Karena ternyata, menurut hasil penelitian terkini, penilaian Anda terhaadap orang lain bisa dihubungkan dengan kepribadian Anda sendiri, meski Anda tidak menyadarinya, bahkan hal-hal yang tak Anda sadari, atau petunjuk yang mengartikan bahwa Anda sebenarnya orang yang manis atau kejam. Dustin Wood, PhD, dari Wake Foret University mengatakan kepada WebMD bahwa persepsi kita terhadap orang lain akan menceritakan siapa diri kita sebenarnya. Contoh, kala kita memandang positif terhadap orang lain menunjukkan sisi positif pada diri kita. Namun, studi yang dipublikasikan pada Journal of Personality and Social Psychology ini juga mengatakan bahwa kata-kata kita juga bisa menguak persepsi negatif di diri kita, seperti narsisme, antisosial, bahkan kelainan jiwa jika kita berucap buruk tentang orang lain. Studi ini melibatkan anak-anak mahasiswa yang diminta untuk meratifikasi karakteristik positif dan negatif dari rekan-rekan mahasiswanya. Para peneliti menemukan bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan untuk mendeskripsikan orang lain dengan kata-kata yang positif mengindikasikan bahwa dirinya memiliki sifat positif. Studi ini menemukan adanya ikatan yang kuat antara penilaian positif seseorang terhadap besarnya antusiasme, kebahagiaan, kebaikan hati, dan stabilnya emosional orang itu sendiri. Konon, tingkat kepuasan akan hidup seseorang juga bisa terlihat dari cara ia menilai orang lain. Makin positif, makin puas ia akan hidupnya, dan sebaliknya. Sementara persepsi negatif terhadap orang lain bisa dihubungkan kepada tingginya level narsisme dan sikap antisosial seseorang. “Sifat kepribadian yang negatif diasosiasikan dengan cara orang tersebut menilai negatif orang lain,” jelas Wood. Sikap negatif ini juga erat hubungannya dengan depresi dan kelainan kepribadian yang beragam. Persepsi yang negatif yang berlebihan tentang orang lain bisa menunjukkan bahwa orang tersebut punya sifat keras kepala, tak bahagia, neurotik, atau memiliki kepribadian yang negatif. BACA JUGA Tidak Cukup Jadi Orang Baik, Jadilah Penyeru Kebaikan Penelitian ini dilakukan kembali setahun kemudian dan para peneliti menemukan bukti, “Bahwa seberapa positif kita melihat orang lain dalam lingkup sosial kita adalah hal yang stabil dan tidak berubah secara substansial oleh waktu,” terang Wood. Laporan ini mengatakan bahwa bagaimana seseorang menilai atau melihat orang lain ternyata lebih dari sekadar “proyeksi dari imaji dirinya sendiri pada orang lain.” Mari selalu melihat kebaikan kepada siapapun, kapanpun dan di manapun. []

menilai orang lain menurut islam